Pola Pikir Para Penderita Gangguan Depresi

Pola Pikir Para Penderita Gangguan Depresi

Pola Pikir Para Penderita Gangguan Depresi – Terjadinya gangguan depresi memang menjadi salah satu gangguan mental yang paling sering terjadi tanpa disadari para penderitanya.

Pada dasarnya depresi adalah gangguan mood yang dirasakan seseorang setidaknya selama lebih dari dua minggu, yang mana dalam kurun waktu itu seseorang akan merasakan lonjakan emosi atau juga penurunan mental yang drastis. Depresi merupakan tingkat lanjut dari stres, dan depresi jenis distimia termasuk sebagai salah satu jenis depresi kronis yang dialami dalam jangka waktu panjang, bahkan bisa sampai tahunan. Orang yang mengalami distimia memang tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, namun disamping itu perlahan-lahan ia akan kehilangan ketertarikan pada kegiatan yang dilakukan, merasa rendah diri, merasa tak memiliki harapan hidup, serta perasaan tidak layak terhadap dirinya sendiri. Dan untuk lebih memahami jenis depresi ini, ada beberapa pola pikir yang biasanya dimiliki orang yang mengalami depresi distimia cheapcoachbagscvs. Yuk kenali lebih dalam dalam pembahasan berikut ini.

1. Black and white thinking

Pola pikir pertama yang biasanya dimiliki seorang yang mengalami depresi distimia ialah ia cenderung berpikir dengan sudut pandang hitam atau putih secara sepenuhnya. Hal ini mengacu pada hal yang dia alamiĀ  atau lihat dalam kehidupan sekitarnya. Yang mana jika pola pikirnya sedang berwarna hitam maka ia akan sangat negatif dalam memandang suatu hal, begitu pula ketika seratus persen putih yang membuatnya jadi melihat sesuatu dengan sangat positif. Namun dalam hal ini dia hanya berpatokan pada cara berpikir hitam dan putih, dengan kata lain ia tidak bisa berpikir dengan warna lain alias caranya melihat suatu hal jadi begitu sempit.

2. Overgeneralization

Orang yang sedang mengalami depresi distimia juga biasanya ditandai dengan pola pikirnya yang overgeneralization. Hal ini membuat orang itu dengan mudahnya menggeralisasikan suatu hal secara berlebihan, yang mana jika terjadi sesuatu yang buruk dapat dianggap dan mewakili keseluruhan hidup. Pola pikir seperti ini dapat berlaku saat ia melihat orang lain yang dinilainya buruk, atau bahkan terhadap diri sendiri. Intinya gara-gara menggeneralisasikan suatu hal dengan berlebihan jadi membuatnya selalu dilingkupi perasaan depresi.

3. Emotional Reasoning

Kalau pola pikir yang ini, seseorang yang mengalami distimia cenderung menggunakan emosinya sebagai landasan berpikir. Dimana kondisi emosionalnyalah yang membuatnya jadi merasa depresi, yang dampaknya bisa menganggu hubungannya dengan orang-orang. Misalnya saja ia menganggap bahwa pasangannya selingkuh karena dia merasa cemburu melihat pasangannya dengan orang lain, atau ketika dirinya merasa diabaikan maka dengan yakin dia pun berpikir bahwa orang itu memang mengabaikannya, padahal bisa saja tidak, kan. Intinya ia jadi tidak rasional dan selalu berpikir dengan mengikuti keadaan emosionalnya.

4. Fortune telling

Pola pikir keempat yang juga dimiliki orang yang mengalami distimia ialah pikiran yang membayangkan masa depannya namun dengan sudut pandang negatif dan buruk. Yang seperti ini biasanya mengalami overthinking yang parah, dimana ia berpikir bahwa hidupnya di masa depan pasti sengasara, tidak memiliki harapan, atau posisinya di tempat kerja yang akan digantikan orang lain. Terus merasa khawatir seperti ini memang tanda dari depresi distimia, yang mana dialami dalam jangka waktu lama dan membuat hidupnya tidak pernah tenang.

5. Ambivalensi

Terakhir, orang yang sedang mengalami depresi distimia juga bisa memiliki pola pikir lebih dari satu dan saling bertolak belakang. Dalam hal ini contohnya adalah adanya pemikiran bahwa ia sangat muak dengan hidupnya dan ingin mati namun ia juga berpikir kalau masih ingin hidup, atau ketika ia menyukai seseorang dan ingin mendekatinya namun di saat bersamaan juga mendorong orang itu untuk menjauh. Sangat rumit dan membuat orang jadi ikutan pusing dengan cara berpikirnya yang kerap bertolak belakang, intinya hal yang kontradiktif seperti ini dinamakan ambivalensi.